Beberapaorangtua mungkin belum mengetahui bila kafein bisa berdampak negatif terhadap anak - Health - Okezone Lifestyle
Hasilnya, sel tubuh akan menjadi lebih aktif karena tidak ada adenosin yang merilekskan. Akibatnya, otak menganggap hal ini sebagai pertanda bahaya bagi tubuh dan memicu reaksi adrenalin. Maka dari itu, beberapa orang menggunakan manfaat dari kafein ini untuk tetap terjaga ketika merasa lesu atau mengantuk. Manfaat Setelah mengetahui bagaimana cara kerja kafein terhadap tubuh, sudah terbayang bukan apa saja manfaat yang ditawarkan stimulan ini? Di bawah ini sederet khasiat kafein yang bisa Anda peroleh, mulai dari meningkatkan konsentrasi hingga bantu menurunkan berat badan. 1. Menurunkan berat badan Salah satu manfaat kafein yang bisa Anda peroleh yakni membantu menurunkan berat badan. Pasalnya, kafein menekan nafsu makan dan merangsang proses termogenesis. Termogenesis merupakan mekanisme tubuh yang bekerja dengan mengubah makanan menjadi panas dan energi. Sayangnya, efek kafein terhadap penurunan berat badan jangka belum terbukti sepenuhnya. Namun, tidak sedikit produk pelangsing tubuh yang memanfaatkan kafein sebagai salah satu komponennya. 2. Mencegah penurunan fungsi kognitif Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, kafein bekerja dengan menstimulasi otak agar Anda lebih terjaga dan waspada. Bahkan, konsumsi kafein juga sering dikaitkan sebagai salah satu cara membantu mencegah penurunan fungsi kognitif otak. Hal ini dibuktikan lewat penelitian yang dimuat dalam Advances Nutrition. Para ahli dari studi tersebut menyimpulkan bahwa pengguna kafein secara keseluruhan memiliki penurunan fungsi otak lebih sedikit. Temuan ini dibandingkan dengan peserta yang tidak mengonsumsi kafein. 3. Membantu mengurangi risiko diabetes Selain penurunan fungsi kognitif, manfaat kafein lainnya yang sayang Anda lewatkan yaitu membantu mencegah risiko diabetes. Sebuah ulasan yang dimuat dalam European Journal of Nutrition melaporkan bahwa penggemar kopi memiliki risiko 29 persen lebih rendah terhadap diabetes tipe 2. Hal tersebut juga berlaku pada mereka yang minum minuman berkafein dengan persentase 30 persen lebih rendah. Walaupun demikian, para peneliti masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk melihat bagaimana mekanisme kafein mencegah diabetes. 4. Membantu performa olahraga Tak hanya mengusir kantuk, kafein dikenal dapat meningkatkan performa olahraga ketahanan, seperti lari maraton atau bersepeda. Sebuah studi dalam jurnal PLos One mencoba melihat efek perbandingan kafein dengan kopi. Hasilnya, kafein yang dikonsumsi dalam kopi dan sebagai suplemen satu jam sebelum olahraga dan meningkatkan performa olahraga. Hal ini mungkin dikarenakan kafein mempengaruhi kinerja daya tahan tubuh dengan meningkatkan produksi adrenalin. Alhasil, energi dan aliran darah ke otot dan jantung pun ikut meningkat. Selain itu, kafein menyesuaikan rasa lelah, memengaruhi cara tubuh mengeluarkan tenaga, rasa sakit, dan kekuatan ketika berolahraga. 5. Menghambat perkembangan kerusakan liver Kandungan kafein pada kopi ternyata diklaim dapat mengurangi risiko kerusakan hati sirosis sebanyak 84 persen. Angka tersebut ternyata cukup untuk menghambat perkembangan penyakit, meningkatkan respons pengobatan, dan menurunkan risiko kematian dini. Menurut penelitian yang dimuat dalam jurnal Liver International, kafein dapat menekan sintesis CTGF, yaitu faktor pertumbuhan jaringan ikat. Artinya, kafein memiliki manfaat berupa memperlambat perkembangan fibrosis hati dan sirosis alkoholik. Meski begitu, temuan ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk benar-benar menyimpulkan efek kafein terhadap organ liver Anda. Efek samping kafein Meski kafein memiliki manfaat bagi kesehatan, terlalu banyak mengonsumsinya tentu bisa menimbulkan berbagai efek samping. Ada pun beberapa efek samping ketika mendapatkan kafein terlalu banyak meliputi gelisah, insomnia, sakit kepala, pusing, detak jantung tidak normal, dehidrasi, dan ketergantungan kopi. Beberapa orang mungkin lebih sensitif terhadap efek kafein dibandingkan yang lainnya. Itu sebabnya, efek kafein mungkin akan berbeda pada setiap orang. Siapa yang tidak disarankan mengonsumsi kafein? Guna menghindari masalah kesehatan akibat konsumsi kafein, ada beberapa kelompok yang perlu menghindari atau mengurangi senyawa stimulan ini, antara lain ibu hamil dan menyusui, penderita insomnia, mempunyai masalah pada lambung seperti GERD atau maag, memiliki gangguan kecemasan, mengalami migrain atau sakit kepala kronis lainnya, penyandang hipertensi, anak-anak dan remaja, serta pengguna obat atau suplemen tertentu, termasuk antibiotik atau obat jantung. Sumber kafein Kafein secara alami bisa dijumpai pada buah, daun, dan biji kopi, kakao, hingga tanaman guarana. Senyawa stimulan ini juga ditambahkan ke minuman dan suplemen. Namun, minum minuman berkafein dalam jumlah banyak, seperti soda dan minuman berenergi tidak dianjurkan. Hal ini dikarenakan kedua minuman tersebut bersifat dingin dan mudah dicerna dengan cepat dalam jumlah banyak. Bila Anda ingin memperoleh manfaat dari kafein yang berasal dari makanan atau minuman, cobalah untuk mendapatkannya dari beberapa hal ini espresso, kopi, teh, kopi decaffeinated decaf, cokelat, dan suplemen. Rekomendasi dosis Mengingat minuman berkafein seperti kopi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari banyak orang, Anda perlu tahu berapa banyak dosis kafein yang dianjurkan. Terlalu banyak mengonsumsi kafein tentu bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Oleh sebab itu, para ahli menyarankan 400 mg miligram merupakan jumlah kafein yang aman dikonsumsi orang dewasa setiap hari. Walaupun demikian, ibu hamil perlu membatasi kafein hingga 200 miligram per hari, atau sekitar 2 cangkir kopi yang sudah diseduh. Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi terkait manfaat kafein dan efek sampingnya terhadap tubuh.
Kafeinmemiliki khasiat anti-oksidan dan anti inflamasi. Kandungan itu memiliki manfaat. Salah satunya bisa hambat sel-sel kanker di wajah
- Kafein yang terkandung dalam makanan atau minuman seperti kopi dan teh memiliki manfaat bagi tubuh. Faktanya, kafein sebagai stimulan alami ini adalah salah satu bahan yang paling umum digunakan di dunia. Umumnya, penggunaan kafein sebagai stimulan supaya menjaga tubuh agar tetap terjaga dan tidak mudah mengantuk, terutama dengan minum kopi. Selain itu, kafein sering dibicarakan karena efek negatifnya yang bisa menyebabkan gangguan sulit tidur dan kecemasan. Baca juga 5 Tips Merawat Peralatan Dapur Berbahan Kayu Agar Awet dan Terhindar dari Jamur Serta Bau Tak Sedap Baca juga Tips Mengatasi Tekanan Darah Tinggi, Konsumsi 8 Jenis Makanan Berikut Ini Namun, penelitian juga melaporkan bahwa kafein memiliki berbagai manfaat kesehatan. Dilansir laman Health Line, berikut penjelasan tentang apa itu kafein, apa yang terkandung di dalamnya, dan apa saja manfaatnya bagi kesehatan. Apa Itu Kafein? Ilustrasi kopi, satu minuman yang mengandung kafein Kafein adalah stimulan alami yang paling banyak ditemukan pada tanaman teh, kopi, dan kakao. Kafein bekerja dengan menstimulasi otak dan sistem saraf pusat untuk membantu tubuh tetap terjaga dan mencegah timbulnya kelelahan. Sejarawan melacak teh yang diseduh pertama kali pada 2737 SM. Kemudian kopi ditemukan bertahun-tahun kemudian oleh seorang gembala Ethiopia yang disebutkan membuat energi ekstra yang diberikan pada kambingnya. Baca juga 6 Cara Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Secara Alami Tidur Cukup hingga Perbanyak Minum Air Baca juga Tips Lakukan Diet Enak Tanpa Menyiksa Minuman ringan berkafein memasuki pasar pada akhir 1800-an. Saat ini, 80% populasi dunia mengonsumsi produk berkafein setiap hari dan jumlah ini meningkat hingga 90% untuk orang dewasa di Amerika Utara. Setelah dikonsumsi, kafein dengan cepat diserap dari usus ke aliran darah.
kafeindalam makanan dan minuman adalah 150 mg/hari dan 50 mg/sajian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan untuk menentukan kadar kafein dalam kopi mentah, kopi bubuk murni dan kopi bubuk campuran di Desa Sesaot Narmada sebagai bahan acuan kepada masyarakat mengenai kandungan kadar kafein dalam kopi yang hasilkan
Kafein atau caffeine adalah zat yang digunakan untuk meredakan rasa kantuk, sehingga seseorang dapat tetap terjaga. Selain itu, kafein juga sering ditemukan di dalam obat untuk meredakan migrain. Walaupun dapat mengurangi rasa kantuk, perlu diingat bahwa kafein tidak bisa menggantikan waktu tidur yang hilang. Kafein memiliki efek stimulan yang mempengaruhi sistem saraf pusat. Kafein juga bisa digunakan dalam pengobatan henti napas apnea pada bayi baru lahir neonatal apnea. Kondisi ini sering ditemukan pada bayi prematur. Secara alami, kafein bisa ditemukan pada kopi, teh, kakao coklat, atau minuman kola Merek dagang kafein Alfidon, Bimagen, Bodrex migra, Cafmosol, Copara, Ericaf, Fasidol Plus, Hemaviton Drink, Kuku Bima Ener-G, Mirasic Plus, Mixalgin, Paramex, Oskadon, Panadol Extra, Paracaf Extra, Pat Po Tjin Tju San, Saridon Apa Itu Kafein Golongan Obat bebas dan resep Kategori Stimulan sistem saraf pusat Manfaat Meredakan kantuk atau meredakan sakit kepala migrain Dikonsumsi oleh Dewasa dan anak-anak Kafein untuk ibu hamil dan menyusui Kategori C Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin. Kafein dapat terserap ke dalam ASI. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter. Bentuk obat Kaplet, tablet, serbuk, dan suntik Peringatan Sebelum Menggunakan Kafein Kafein tidak boleh dikonsumsi sembarangan. Berikut ini adalah hal yang perlu Anda perhatikan sebelum menggunakan kafein Jangan menggunakan obat ini jika Anda alergi terhadap kafein. Beri tahu dokter tentang riwayat alergi yang Anda miliki. Beri tahu dokter jika Anda pernah atau sedang menderita penyakit jantung, gangguan irama jantung aritmia, hipertensi, tukak lambung, atau gangguan mental, termasuk gangguan cemas. Penggunaan kafein dalam pengobatan neonatal apnea harus berada di bawah pengawasan dokter. Jangan memberikan minuman atau makanan yang mengandung kafein pada anak usia kurang dari 12 tahun. Jangan mengonsumsi kafein jika Anda sedang menjalani pengobatan dengan obat golongan xanthine, seperti teofilin. Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat, suplemen, atau produk herbal tertentu. Ber iathu dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan. Segera ke dokter jika Anda mengalami overdosis, reaksi alergi obat, atau efek samping yang lebih serius setelah menggunakan kafein. Dosis dan Aturan Pakai Kafein Dosis kafein ditentukan berdasarkan usia, kondisi pasien, dan respons tubuh pasien terhadap obat. Berikut ini adalah pembagian dosis kafein berdasarkan tujuan penggunaannya Tujuan Meredakan kantuk Dewasa 50–200 mg, tiap 3–4 jam. Tujuan Meredakan migrain atau sakit kepala tipe tension Dewasa 100–250 mg per hari. Obat ini juga seringdikombinasikan dengan ergotamine atau paracetamol. Tujuan Mengobati neonatal apnea pada bayi prematur Bayi baru lahir Sebagai kafein sitrat, dosisnya10–20 mg/kgBB melalui infus IV intravena sekali sehari. Dosis pemeliharaan 5 mg/kgBB per Dosis maksimal kafein pada umumnya adalah 400 mg per hari. Jumlah ini setara dengan 4–5 gelas kopi. Namun, efek kafein dalam dosis tertentu bisa berbeda-beda pada setiap orang, karena sensitivitas kafein pada setiap orang bisa berbeda. Cara Menggunakan Kafein dengan Benar Konsumsi kafein sesuai anjuran dokter dan jangan lupa untuk membaca keterangan pada kemasan obat. Jangan menambah atau mengurangi dosis, serta jangan menggunakan obat melebihi jangka waktu yang dianjurkan. Kafein dapat diminum sebelum atau sesudah makan. Minumlah kafein tablet atau kaplet dengan segelas air putih untuk menelan tablet atau kaplet kafein. Telan obat secara utuh, jangan mengunyah atau menghancurkannya. Untuk kafein dalam bentuk serbuk, obat ini harus dilarutkan terlebih dahulu ke dalam air putih sebanyak 120–240 ml. Setelah dilarutkan, obat ini dapat diminum seperti larutan pada umumnya. Jika Anda lupa mengonsumsi kafein, segera minum obat ini jika jeda dengan jadwal konsumsi berikutnya belum terlalu dekat. Jika sudah dekat, abaikan dan jangan menggandakan dosis. Kafein dalam bentuk suntik hanya boleh diberikan oleh dokter atau petugas medis di bawah pengawasan dokter. Dokter akan menyuntikkan kafein sesuai dengan kondisi pasien. Simpan kafein kaplet, tablet, dan serbuk di dalam wadah tertutup pada suhu ruangan, di tempat yang kering, dan terhindar dari sinar matahari. Jauhkan obat ini dari jangkauan anak-anak. Interaksi Kafein dengan Obat Lain Penggunaan kafein bersamaan dengan obat-obatan lain dapat menimbulkan interaksi antarobat. Interaksi tersebut dapat berupa Peningkatan risiko terjadinya efek samping dari teofilin, seperti mual, muntah, tremor, insomnia, atau kejang Peningkatan kadar kafein di dalam darah jika digunakan bersama obat golongan MAOI, seperti isocarboxazid Penurunan efek pelebaran pembuluh darah vasodilator dari obat adenosine atau dipyridamole Peningkatan denyut jantung jika digunakan bersama phenylpropanolamine Penurunan efektivitas dari obat penenang atau obat golongan penghambat beta Efek Samping dan Bahaya Kafein Ada beberapa efek samping yang bisa terjadi setelah penggunaan kafein, yaitu mual, muntah, sakit perut, susah tidur, atau sering pipis. Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping tersebut tidak kunjung mereda atau semakin memberat. Selain itu, jika digunakan dalam dosis yang berlebihan, kafein bisa menyebabkan efek samping tertentu, seperti Muntah yang berat Diare yang tidak kunjung mereda Nyeri dada Pusing yang berat Tremor Dehidrasi Detak jantung terasa cepat atau tidak teratu Palpitasi atau jantung berdebar Tekanan darah meningkat Segera ke dokter jika Anda mengalami keluhan tersebut atau reaksi alergi obat setelah menggunakan kafein.
Wow banyak sekali ya aneka rasa yang ditawarkan oleh Good Day. Kemarin waktu saya berbelanja kopi instan Good Day ada yang asing di mata saya. Kopi instan & cappuccino Good Day, kopi gaul paling enak. Hal tersebut terjadi ketika saya akan mengambil kopi Good Day Cooffe Freeze Mocafrio, "loh, kok bungkusnya beda" Tanya saya dalam hati. Saya
Generally, the aim of this research to know the comparison of caffeine drinks through the result of reaction time after consumption coffee, green tea, and energy drink by the same amount of caffeine. The way to gather the data is using purposive sampling, the population that chosen by the researcher is 10 respondents’ college students of Ilmu Keolahragaan batch 2016. For data analysis, using SPSS 21 program for windows and Statistical calculation that used is One-Way ANOVA continues with Post Hoc Tukey. The average result from time reaction on Speed Anticipation Reaction is placebo, 1,257 green tea, energy drink, and black coffee. For Body Reaction Time Test visual shows the average around placebo, green tea, green tea, and black coffee. While on Whole Body Reaction Time Test auditory shows the placebo, green tea, energy drink, and black coffee. The signification value from three-time reaction test are Speed Anticipation Reaction Sig. > Whole Body Reaction visual Sig. > and Whole Body Reaction auditory Sig. > all of the result above Hence, it can be concluded there is no significant difference through time reaction result after consumption kind of caffeine drinks with the same concentration. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free PERBANDINGAN MENGONSUMSI BERBAGAI JENIS MINUMAN BERKAFEIN KOPI, TEH HIJAU, DAN MINUMAN BERENERGI TERHADAP WAKTU REAKSI Wigit Kisworo1, Hamidie Ronald Daniel Ray1,2,3, Ugelta Surdiniaty3 2Fakultas Human Sciences, Universitas Kanazawa, Ishikawa, Jepang; 3Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia. Abstract Generally, the aim of this research to know the comparison of caffeine drinks through the result of reaction time after consumption coffee, green tea, and energy drink by the same amount of caffeine. The way to gather the data is using purposive sampling, the population that chosen by researcher is 10 respondents’ college students of Ilmu Keolahragaan batch 2016. For data analysis, using SPSS 21 program for windows and Statistical calculation that used is One-Way ANOVA continues with Post Hoc Tukey. The average of result from time reaction on Speed Anticipation Reaction is placebo, 1,257 green tea, energy drink, and black coffee. For Body Reaction Time Test visual shows the average around placebo, green tea, green tea, and black coffee. While on Whole Body Reaction Time Test auditory shows the placebo, green tea, energy drink, and black coffee. The signification value from three time reaction test are Speed Anticipation Reaction Sig. > Whole Body Reaction visual Sig. > and Whole Body Reaction auditory Sig. > all of the result above Hence, it can be conclude there is no significantly difference through time reaction result after consumption kind of caffeine drinks with the same concentration. Keywords caffeine, reaction time, speed anticipation reaction, whole body reaction Korespondensi Wigit Kisworo, E-mail kisworowigit Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia. Vol. 4, No. 1, Agustus 2020 – Februari 2021 Jurnal Ilmu Faal Olahraga 1Pendidikan Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia; PENDAHULUAN Dalam pengaturan olahraga, kafein dikonsumsi sebelum bertanding oleh 74% atlet elit nasional dan internasional, berbasispada konsentrasi kafein ditemukan di sampel urin yang diperoleh untuk analisis doping. Kafein dalam olahraga dikaitkan dengan manfaat fisik yang berasal dari konsumsi dalam berbagai macam aktivitas olahragadan penghapusan kafein dari daftarzat terlarang yang diterbitkan oleh World Antidoping Agency WADA pada tahun 20081. Minuman energi dan kopi menyatakan penyakit Parkinson2. Sementara itu, konsentrasi kafein bervariasi tipe kepribadian, latihan, penggunaan obat-obatan, stress, intelegensi, dan cedera otak6. Kafein 1,3,7- trimethylxanthine adalah alkaloid alami yang ditemukan dalam berbagai variasi kuantitas dalam kacang, daun, dan buah1. Beberapa sumber kafein umum adalah kacang kola Cola acuminate, biji coklat Theobroma cacao, yerba mate Ilex paraguariensis, dan guarana berry Paullinia cupana; namun, biji kopi panggang Coffea Arabica dan Coffea robusta, dan daun teh Camelia siniensis adalah sumber makanan utama kafein7. Ada maupun tidak ada perbedaan kimia antara kafein sintetis dan alami bersumber dari kafein. Kafein paling sering dikonsumsi dalam minuman seperti kopi 71%, minuman ringan 16%, dan teh 12%8. Pasar untuk minuman berkafein telah meningkat dalam dekade terakhir dengan pengenalan minuman fungsional, termasuk kategori minuman energi, serta minuman lainnya seperti minuman olahraga berkafein, jus, dan air8. Selain minuman ini, kafein juga ditemukan dalam cokelat dan dalam berbagai macam obat-obatan seperti formulasi pereda sakit dan suplemen diet3. Mengkonsumsikafein dapat mempromosikan peningkatan kinerja manusia9. Efek kafein terhadap kinerja terkait dengan mekanisme sentral dan perifer. Efeknya kafein pada sistem saraf pusat SSP terkait dengan blokade reseptor adenosin yang mencegah penurunan aktivitas saraf dan selanjutnya peningkatan perekrutan otot10. Secara periferal,peningkatan katekolamin plasma dan aktifitas glikolisis meningkatkan ketersediaan energi untuk otot aktif selama latihan9. Sebagai konsekuensi dari efek sentral dan perifer, kafein meningkatkan kinerja dalam melibatkan fungsi kerja psikomotor seperti ketangkasan dan akurasi pengambilan keputusan11. Kafein meningkatkan kecepatan dan akurasi sepak bola12. Demikian pula bahwa kafein keterampilan itu, penelitian juga menunjukkan bahwa kafein meningkatkan kinerja selama beberapa sprint, khususnya selama sprint pertama dalam satu set beberapa sprint14. Studi-studi ini menunjukkan bahwa suplementasi kafein meningkatkan kekuatan, kecepatan, kelincahan, perhatian dan waktu reaksi. Semua variabel ini merupakan penentu penting kinerja dalam pertempuran olahraga15. Waktu reaksi adalah waktu yang telah berlalu antara presentasi dari stimulus sensorik dan respon perilaku selanjutnya. Memiliki waktu reaksi yang baik memungkinkan seseorang bertindak sedikit lebih cepat dari lawan mereka, sehingga memberi mereka keuntungan dalam dengan waktu reaksi5. Faktor lain yang memengaruhi waktu reaksi diantaranya adalah kelelahan, gangguan psikologis, mengkonsumsi minuman beralkohol, siklus pernapasan, tremor, antara minuman yang berbeda dengan kopi, pada umumnya memiliki nilai tertinggi dibandingkan teh, dan beberapa minuman energi. Sebuah variasi yang signifikan dalam konsentrasikafein dalam kategori minuman juga terdapat pada kasus kopi dan teh. Teh hijau mengandung kafein, namun ada variabilitas yang besar dalam kandungan kafein menurut jenis teh hijau. Mengingat kafein itu terjadi secara alami pada minuman yang mengandung kafein akan bervariasi karena varietas tanaman, kondisi pertumbuhan lingkungan atau metode pembuatan yang digunakan3. persaingan4 .Waktu reaksi dibagi menjadi 5 bagian yaitu, datangnya rangsangan pada reseptor telinga, mata, dan kulit, menentukan rangsangan ke sistem syaraf pusat SSP, membangun dan melepaskan sinyal yang efektif perintah, meneruskan perintah tersebut dari SSP ke otot, dan merangsang otot dan membuat awal 1 sampai 4 adalah yang disebut meningkatkan koordinasi, kecepatan, dan ketepatan selama protokol tertentu mengukur bahwa dapat meningkatkan kinerja, konsentrasi dan kecepatan reaksi, meningkatkan kewaspadaan, merangsang metabolisme, dan membuat orang merasa lebih energik. Studi baru menemukan kopi tidak menaikkan tekanan darah atau kolesterol, mungkin memiliki sifat anti kanker, mengurangi kemungkinan berkembangnya diabetes, dan membantu melindungi pria dari Vol. 4, No. 1, Agustus 2020 – Februari 2021 Jurnal Ilmu Faal Olahraga Penelitian ilmiah mengenal efek kafein tehadap performa individu dalam olahraga beregu hampir tidak mungkin terlaksana dan jarang dilakukan. Perlu diketahui, selain meningkatkan daya tahan dan memberikan keuntungan ergogenik, kemampuan kafein dalam mempercepat reaksi, menstabilkan mental, serta memperbaiki ketahanan perhatian fokus dan perhatian terbagi menawarkan janji surga bagi atlet yang melakoni olahraga beregu, seperti bola basket, sepak bola, bisbol, dan olahraga yang membutuhkan reaksi cepat lainnya seperti tenis, anggar, tinju, dan balap mobil. Dengan kata lain, kafein akan mendorong atlet lari, renang, dan balap sepeda untuk menempuh lintasan yang lebih jauh dengan lebih cepat. Kafein tidak hanya memberikan keuntungan dengan cara ini, tetapi juga melalui efeknya terhadap beberapa faktor pendukung kesuksesan lainnya16. Menurut data saat ini, peningkatan reaksi setelah mengkonsumsi kafein boleh dibilang signifikan, baik ketika subjek dalam kondisi bugar maupun letih17. Dalam kecepatan reaksi dan pengambilan keputusan secara tepat, keduanya diperantarai oleh kafein, adalah dua komponen penting untuk mencapai performa yang baik dalam cabang olahraga beregu dan olahraga lain yang mementingkan kecepatan18. Dengan demikian, dalam secangkir kopi, teh hijau, dan minuman berenergi yang sering dikonsumsi sama-sama mengandung kafein namun dalam jumlah yang berbeda. Sehingga akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula karena adanya perbedaan jumlah kafein di dalamnya. Namun, apabila ketiga jenis minuman tersebut memiliki jumlah kafein yang sama maka tidak menuntut kemungkinan akan mendapatkan pengaruh yang sama seperti meningkatkan kinerja, konsentrasi dan kecepatan reaksi. Berdasarkan masalah yang telah diungkapkan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perbandingan dari setiap jenis minuman berkafein terhadap waktu reaksi yang dihasilkan setelah mengkonsumsi kopi, teh hijau, dan minuman berenergi dengan jumlah kafein yang sama. METODE PENELITIAN Penelitian ini menunjukkan fokus penelitian yang dikaji adalah analisis karakteristik sampel yang melakukan tes dengan mengkonsumsi kafein yang terkandung dalam kopi, teh hijau dan minuman penelitian adalah 10 orang mahasiswa baik putra maupun putri dengan jumlah yang sebanding. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu. Pertimbangan pengambilan sampel yang diambil pada penelitian ini berdasarkan atas 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Keolahragaan Angkatan 2016. 2 Tidak mengkonsumsi kafein setiap hari secara teratur. 3 Tidak memiliki masalah yang serius terhadap minuman berkafein. 4 Tidak memiliki riwayat penyakit jantung. 5 Tidak memiliki riwayat penyakit lambung. 6 Tidak merokok dan meminum minuman beralkohol. Tabel 1. Pemberian Kafein Pada Waktu Reaksi. Pemberian Kafein Pada Tes Waktu Reaksi Puasa kafein 1 hari sebelum pengujian Speed Anticipation Reaction Test Speed Anticipation Reaction Test Speed Anticipation Reaction Test Speed Anticipation Reaction Whole Body Reaction Time Test visual & auditory Whole Body Reaction Time Test visual & auditory Whole Body Reaction Time Test visual & auditory Whole Body Reaction Time Test visual & auditory Vol. 4, No. 1, Agustus 2020 – Februari 2021 Jurnal Ilmu Faal Olahraga Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu diambil dari 10 orang sampel Mahasiswa Ilmu Keolahragaan. Seluruh sampel melakukan empat kali pengujian dengan waktu yang sama namun dilakukan setelah 2 hari dari penelitian sebelumnya. Ketiga jenis minuman berkafein yang akan dikonsumsi yaitu, minuman berenergi, kopi hitam, teh hijau, dan penelitian terakhir menggunakan air mineral sebagi plasebo. Masing – masing dari ketiga minuman tersebut mengandung 50 mg kafein. Sampel yang ikut berpartisipasi melakukan pengujian selama satu kali dalam sehari. Sebelum melakukan pengujian, sampel mengkonsumsi minuman berkafein dengan jumlah kafein yang telah ditentukan oleh peneliti. Setalah 60 menit mengkonsumsi minuman berkafein, sampel melakukan pengujian terhadap waktu reaksi yang pertama yaitu Speed Anticipation Reaction Test dan selanjutnya dengan pengujian waktu reaksi dengan menggunakan Whole Body Reaction Time Test. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan aplikasi Statistikal Product and Service Solution SPSS dengan analisis One Way Anova dilanjutkandengan Uji Post Hoc Tukey. Tingkat kepercayaan analisis data pada penelitian ini adalah 95%, sehingga nilai α untuk penelitian ini adalah 0,05. HASIL PENELITIAN Tabel 2 . Hasil Analisis Deskriptif Tes Waktu Reaksi. Speed Anticipation Reaction Whole Body Reaction Time - visual Whole Body Reaction Time - auditory 1. Speed Anticipation Reaction Test Pada tabel 1 diperoleh nilai rata-rata dari minuman yang diujikan pada tes Speed Anticipation Reactiondengan masing-masing nilai sebesar 1,263 sec untuk plasebo, 1,257 sec untuk teh hijau, 1,271 sec untuk minuman energi dan 1,358 sec pada kopi htam. Nilai signifikansi dari tes Speed Anticipation Reaction sebesar Berikut ini adalah nilai perbandingan dari hasil tes waktu reaksi pada Speed anticipation Reaction Test Vol. 4, No. 1, Agustus 2020 – Februari 2021 Jurnal Ilmu Faal Olahraga Gambar 1. Nilai Perbandingan Speed anticipation Reaction Test 2. Whole Body Reaction Time Test visual Pada tabel 1 diperoleh nilai rata-rata dari minuman yang diujikan pada tes Whole Body Reaction Time Test visualdengan masing-masing nilai sebesar 0,250 sec untuk plasebo, 0,245 sec untuk teh hijau, 0,257 sec untuk minuman energi dan 0,244 sec pada kopi hitam. Nilai signifikansi dari tes Whole Body Reaction Time Test visual sebesar 0, ini adalah nilai perbandingan dari hasil tes waktu reaksi pada Whole Body Reaction Time Test visual . Gambar 2. Nilai Perbandingan Whole Body Reaction Time Test visual 00,20,40,60,811,21,41,61,8Plasebo Teh Hijau Minuman Energi Kopi HitamWaktu detik Rata-rata Speed Anticipation Reaction Test 00,050,10,150,20,250,30,35Plasebo Teh Hijau Minuman Energi Kopi HitamWaktu detik Rata-rata Whole Body Reaction Time Test visual 3. Whole Body Reaction Time Test auditory Pada Tabel 1 diperoleh nilai rata-rata dari minuman yang diujikan pada tes Whole Body Reaction Time Test auditory denganmasing-masing nilai sebesar 0,239 sec untukplasebo, 0,239 sec untuk teh hijau, 0,274 secuntuk minuman energi dan 0,263 sec pada kopi htam. Nilai signifikansi dari tes Whole Body Reaction Time Test visual sebesar 0,348. Berikut ini adalah nilai perbandingandari hasil tes waktu reaksi pada Whole BodyReaction Time Test auditory Vol. 4, No. 1, Agustus 2020 – Februari 2021 Jurnal Ilmu Faal Olahraga Gambar 3. Nilai Perbandingan Whole Body Reaction Time Test auditory DISKUSI Dalam penelitian ini, peneliti tidak merujuk pada dosis kafein yang seharusnya digunakan seperti dalam studi yang dilakukan sebelumnya bahwasannya untuk medapatkan efek yang diinginkan maka dosis kafein yang dikonsumsi sebanyak 4,45 mg / kg berat badan20. Namun peneliti menggunakan sumber pada penelitian yang telah dilakukan dengan menetapkan 50 mg untuk penelitiannya kepada sampel yang secara tidak teratur mengkonsumsi kafein setiap harinya21. Minuman energi dan kopi menyatakan bahwa dapat meningkatkan kinerja, konsentrasi, dan kecepatan reaksi, meningkatkan kewaspadaan, merangsang metabolisme, dan membuat orang merasa lebih energik2. Sementara itu, konsentrasi kafein bervariasi antara minuman yang berbeda dengan kopi, sehingga pada umumnya memiliki nilai tertinggi dibandingkan teh dan beberapa minuman energi3. Dalam secangkir kopi, teh hijau dan minuman berenergi yang sering dikonsumsi sama-sama mengandung kafein dalam jumlah yang berbeda. Pengaruh Berdasarkan pada gambar 1 mengenai nilai standar deviasi Tes Speed Anticipation Reaction, terlihat adanya beberapa perbedaan nilai walaupun tidak signifikan, dan juga sebaran data dari masing-masing nilai tidak terlampau jauh. Jika dikategorikan dalam Norma Speed Anticipation Reaction 2080 msec, maka seluruh nilai rata-rata yang tertera dalam gambar 1 tergolong dalam kategori Semi-Acceptable. Pada gambar2 mengenai nilai standar deviasi Tes Whole Body Reaction visual, terlihat adanya beberapa perbedaan nilai walaupun tidak signifikan, dan juga sebaran data dari masing-masing nilai tidak terlampau jauh. Jika dikategorikan dalam Norma Whole Body Reaction, maka seluruh nilai rata-rata yang tertera dalam gambar 2 tergolong dalam kategori Bagus. Pada gambar 3 mengenai nilai standar deviasi Tes Whole Body Reaction auditory, terlihat adanya beberapa perbedaan 00,050,10,150,20,250,30,35Plasebo Teh Hijau Minuman Energi Kopi HitamWaktu detik Rata-rata Whole Body Reaction Time Test auditory Pada dasarnya kafein memang sering dipelajari sehubungan dengan waktu reaksi19, yang didapatkan juga akan berbeda karena perbedaan jumlah kafein yang terdapat di dalam minuman tersebut. Namun, apabila ketiga minuman tersebut memiliki jumlah kafein yang sama maka tidak menuntut kemungkinan akan mendapatkan pengaruh yang sama seperti halnya pada waktu reaksi. namun jumlah kafein dalam satu cangkir kopi tidak dapat mengurangi waktu reaksi. Sementaraitu, minuman kafein yang digunakan oleh penelitihanya mengandung 50 mg kafein dari setiap jenisminuman. Artinya, dari ketiga minuman kafeinyang digunakan Teh Hijau, Minuman Energi, danKopi Hitam, hanya teh hijau saja yang sampai 2cangkir untuk mendapatkan 50 mg kafein. Di sisi lain, Linder 2001, menemukan bahwa meminum satu kaleng baik dari kafein atau kafein bebas kafein tidak memiliki efek yang dapat dideteksipada waktu reaksi. Pada penelitian ini peneliti menyamaratakan jumlah kafein dalam kopi hitam, teh hijau dan minuman energi sebanyak 50 mg kafein. Hal tersebut merujuk pada jumlah kafein dalam satu botol minuman energi yang beredar di Indonesia yang hanya diperbolehkan mengandung 50 mg kafein dalam satu botolnya. Pernyataan tersebut diungkapkan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM, sehingga dalam penelitian ini jumlah kafein yang digunakan adalah 50 mg untuk setiap jenis minuman kafein. Vol. 4, No. 1, Agustus 2020 – Februari 2021 Jurnal Ilmu Faal Olahraga nilai walaupun tidak signifikan, dan juga sebaran data dari masing-masing nilai tidak terlampau jauh. Jika dikategorikan dalam Norma Whole Body Reaction, maka seluruh nilai rata-rata yang tertera dalam gambar 3 tergolong dalam kategori Bagus. Berdasarkan hasil analasis dan pengolahan data yang telah dilakukan, peneliti dapat menjawab hipotesis yang telah dirumuskan dari hasil penelitian. Temuan dalam penelitian ini yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil penelitian terhadap kedua intrumen tes waktu reaksi. Nilai signifikansi dari ketiga tes waktu reaksi Speed Anticipation Reaction Sig. > Whole Body Reaction visual Sig. > dan Whole Body Reaction auditory Sig. > seluruhnya di atas 0,05 sehingga diterima. Dengan demikian, tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap waktu reaksi yang dihasilkan setelah mengkonsumsi berbagai jenis minuman kafein dengan jumlah kafein yang sama. Penelitian yang dilakukan untuk melihat perbedaan waktu reaksi dari ketiga jenis minuman berkafein ini tidak mendapatkan perbedaan yang signifikan. Hal tersebut diperoleh dari jumlah kafein yang sama dari setiap minuman dan juga jumlah kafein yang terdapat di dalam minuman tersebut memiliki konsentrasi yang sangat sedikit. Peneliti tidak menemukan perbedaan dari ketiga minuman berkafein yang diujikan terhadap waktu reaksi. Namun, peneliti menemukan adanya beberapa hasil yang didapatkan yaitu 1 Ketiga minuman berkafein yang telah diujikan terhadap waktu reaksi dengan jumlah kafein masing-masing sebanyak 50 mg, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan di antara ketiganya. 2 Mengkonsumsi berbagai jenis minuman berkafein dengan jumlah kafein yang sama tidak akan mendapatkan pengaruh yang berbeda. 3 Mengkonsumsi berbagai jenis minman berkafein untuk mendapatkan waktu reaksi yang diinginkan tentunya harus memperhatikan konsentrasi atau jumlah kafein dalam minuman itu sendiri. Artinya, setiap minuman berkafein memiliki jumlah kafein yang bervariasi dan akan memiliki pengaruh yang berbeda dari setiap jenisnya. 4 Jumlah kafein dalam satu cangkir kopi tidak dapat mengurangi waktu reaksi sehingga tidak akan mendapatkan pengaruh yang baik. KESIMPULAN Berdasarkan analisis data dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa 1. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap waktu reaksi pada Tes Speed Anticipation Reaction. 2. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap waktu reaksi pada Tes Whole Body Reaction Time visual. 3. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap waktu reaksi pada Tes Whole Body Reaction Time auditory. Dari keseluruhan tes waktu reaksi, dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap waktu reaksi yang dihasilkan setelah mengkonsumsi berbagai jenis minuman kafein dengan jumlah kafein yang sama. DAFTAR PUSTAKA DelCoso J, Salinero JJ, González-Millán C, Abián-Vicén J, and Pérez-González B. Dose Response effect of a caffeine-containing energy drink on musle performance a repeated measures design. J of the Internat Soc of Sport Nutr. 2012;911-10. Valeria Matinuzzi. Effect and Effectiveness of Energy Drinks. Boston; 2012. Heckman MA, Weil J, Gonzalez d ME. Caffeine 1,3,7-trimethylxanthine in foods A Comperhensive Review on Consumption, Functionality, Safety, and Regulatory Matters. J of Food Sci. 2010;753R77-87 Shelton J. The Effect of Caffeineon Reaction Time of Two Neurocognitive Tests. Theses and Dissertations. 2016; p. 20. Imanudin I. kondisi fisik Bandung FPOK; 2017. Kosinski RJ. A LIteratur Review on Reaction Time. 2013 September p. 2. Barone JJ, Roberts RH. Caffeine Consumption. Food Chem Toxicol. 1996;34119-29. Davis JK, Green JM. Caffeine and anaerobic performance. Sports Med. 2009;3910813-832. Bazzuchi I, Felici F, Montini MFF, Sacchetti M. Caffeine improves neuromuscular function during maximal dynamic exercise. Muscle Nerve. 2011;436839-844. Brice C, Smith A. The Effect of caffeine on simulated driving, subjective alertness and 7 Vol. 4, No. 1, Agustus 2020 – Februari 2021 Jurnal Ilmu Faal Olahraga sustained attention. Hum Psychopharmacol. 2001;167523-531. Foskett A, Ali A, Gant N. Caffeine enhances cognitive function and skill performance during simulated soccer activity. J Internat of Sport Nutr. 2009;194410-423. Stuart GR, Hopkins WG, Cook C, Cairns SP.. Multiple effects of caffeine on simulated high-intensity team-sport performance. Med of Sci Sport Exerc. 2005;37111998-2005. Schneiker KT, Bishop D, Dawson B, Hackett LP. Effect of caffeine prolonged intermittent-sprint ability in team sport athletes. Med of Sci Sports Exerc. 2006;383578-585. Santos VG, et al. Caffeine Reduces Reaction Time and Improves Performance in Simulated-Contest of Taekwondo. J Nutrients. 2014; p. 637-649. Ferrauti A, Weber K, Struder HK. Metabolic ergogenic effect of carbohydrate and caffeine beverage in tennis. J of Sports Med and Phys Fitness. 1997;374258-266. Lorist MM, Snel J, Kok A, Mulder G. Influence of caffeine on selective attention in well-rested and fatigued subjects. J 316525-534. Bealer B. The Miracle of Caffeine New York The Free Press; 2002. Durlac PJ, Edmunds R, Howard L, Tipper SP. A rapid effect of caffeinated beverages on two chioces reaction time tasks. Nutr Neurosci. 2002;56433-442. Graham TE, Hibbert E, Sathasivam P. Metabolic and excercise endurance effects of coffee and caffeine ingestion. J Appl and Physiol. 1998; 853883-889. Bell DG, McLellan TM. Exercise Endurance 1, 3, 6 hours after caffeine ingestion in caffeine users and nonusers. J Appl Physiol. 2002; 9341227-1234. Lorist M, Snel J. Caffeine effect on perceptual and motor processes. Electroencephalogr and Clin Neurophysiol. 1997;1025401-414. McLellan TM, et al. Cafeine maintains vigilance and marksmanship in simulated urban operation with sleep deprivation. Aviat Space, and Environ Med. 2005;76139-45. Ligouri A, Robinson JH. Caffeine antagonism of alcohol-induced driving impairment. Drug and Alcohol Depend. 2001;632123-129. Linder GN. The effect of caffeine consumption on reaction time. Bulletin of the South Caroline Academy of Science. 2001;42. Froeliger B, Gilbert DG, McClernon FJ. Effect of nicotine on novelty detection and memory recognition performance double-blind, placebo-controlled studies of smokers and nonsmokers. Psychopharmacology. 2009;2054625-633. 8 Vol. 4, No. 1, Agustus 2020 – Februari 2021 Jurnal Ilmu Faal Olahraga ResearchGate has not been able to resolve any citations for this aim of this study was to investigate the effects of caffeine on reaction time during a specific taekwondo task and athletic performance during a simulated taekwondo contest. Ten taekwondo athletes ingested either 5 mgkg-1 body mass caffeine or placebo and performed two combats spaced apart by 20 min. The reaction-time test five kicks "Bandal Tchagui" was performed immediately prior to the first combat and immediately after the first and second combats. Caffeine improved reaction time from ± to ± s only prior to the first combat P = During the first combat, break times during the first two rounds were shorter in caffeine ingestion, followed by higher plasma lactate concentrations compared with placebo P = and respectively. During the second combat, skipping-time was reduced, and relative attack times and attack/skipping ratio was increased following ingestion of caffeine during the first two rounds all P but combat intensity was decreased following placebo all P < In conclusion, caffeine reduced reaction time in non-fatigued conditions and delayed fatigue during successive taekwondo Dependent smokers exhibit deficits in attentional and memory processes when smoking abstinent as compared to when satiated. While nicotine replacement therapy improves attention during abstinence, it is unclear whether this is due to the alleviation of withdrawal-related deficits or inherent beneficial effects of nicotine. Objectives The primary aim of these studies was to test whether nicotine exerts a beneficial effect on novelty detection and whether such effects occur in nonsmokers as well as habitual smokers. Materials and methods In two parallel, double-blind, placebo-controlled studies, 24 smokers study 1 and 24 nonsmokers study 2 were tested in two counterbalanced sessions once while wearing a nicotine patch smokers = 14 mg; nonsmokers = 7 mg and once while wearing a placebo patch. On each day, participants performed three content-specific oddball tasks perceptual, semantic, and emotional that required them to press a button whenever they saw a novel target 20% of stimuli embedded in a stream of common nontarget stimuli 80% of stimuli. Recognition memory for targets was subsequently tested. Reports of mood, smoking withdrawal, patch side effects, and blind success were collected in each session. Results Among smokers, compared to placebo, nicotine decreased target reaction time during all oddball tasks. Among nonsmokers, nicotine increased target detection accuracy and subsequent memory recognition. Nicotine’s enhancement on each respective measure was not task-content specific in either sample. Conclusions These data suggest that acute nicotine administration may exert direct beneficial effects on novelty detection and subsequent memory recognition in both smokers and nonsmokers. Moreover, these effects are not content-specific. Alexander FerrautiK WeberHeiko K StrüderMetabolic and ergogenic effects of carbohydrate and caffeine concentrations, common in commercial available beverages, were investigated in 16 tournament players 8 males and 8 females during a 4 hrs interrupted tennis match 30 min rest after 150 min. On three double-blind occasions players ingested a placebo PLA, carbohydrate CHO or caffeine drink CAF at court changeover and during the resting period. In men women total intake consisted of l l fluid, supplemented with 243 g 182 g carbohydrates CHO or with 364 mg 260 mg caffeine CAF, respectively. Postexercise all players performed a ball-machine test BMT and a tennis-sprint test TST. During match play blood glucose GLU was higher in CHO and did not differ between CAF and PLA. Immediately after the resting period GLU temporary declined in CHO and PLA, while no significant changes occurred in CAF. Increases of serum FFA and glycerol as well as the decrease of insulin were similar during the PLA and CAF trials and less pronounced in CHO. Postexercise urine concentrations of epinephrine and caffeine were significantly higher in CAF. Perception ratings and hitting accuracy BMT were not affected by treatment. CHO resulted in higher blood lactate levels during match play and a better post-exercise sprint performance TST. Under CAF women won significantly more games than during both other treatments. CHO enhances tennis-specific running-speed but has no ergogenic effect on tennis performance under the conditions of our study. CAF improves glucose homeostasis at the beginning of work load after rest and may increase tennis success in is little evidence regarding the benefits of caffeine ingestion on cognitive function and skillful actions during sporting performance, especially in sports that are multifaceted in their physiological, skill, and cognitive demands. To examine the influence of caffeine on performance during simulated soccer activity. Twelve male soccer players completed two 90-min soccer-specific intermittent running trials interspersed with tests of soccer skill LSPT. The trials were separated by 7 days and adhered to a randomized crossover design. On each occasion participants ingested 6 mg/kg body mass BM of caffeine CAF or a placebo PLA in a double-blind fashion 60 min before exercise. Movement time, penalties accrued, and total time were recorded for the LSPT. Physiological and performance markers were measured throughout the protocol. Water 3 ml/kg BM was ingested every 15 min. Participants accrued significantly less penalty time in the CAF trial +/- s vs. PLA +/- s; p = .02, leading to a significantly lower total time in this trial CAF +/- s vs. PLA +/- s; p = .02. This decrease in penalty time was probably attributable to an increased passing accuracy in the CAF trial p = .06. Jump height was +/- higher in the CAF trial +/- cm vs. PLA +/- cm; p = .01. Caffeine ingestion before simulated soccer activity improved players' passing accuracy and jump performance without any detrimental effects on other performance of caffeine were studied in a visual focused selective search task in well-rested and fatigued subjects. A dose of 200 + 50 mg caffeine or placebo, dissolved in decaffeinated coffee, was administered in a double-blind and deceptive fashion. The task was to detect a target letter on one diagonal of a visual display designated as relevant and ignore stimuli presented on the irrelevant diagonal. Behavioral measures were supplemented by event-related potential ERP measures. Subjects reacted faster in the caffeine condition. Caffeine enhanced the N1 and the N2b components. Selection of relevant information apparently was more adequate in this condition. Search negativity was not affected by caffeine. Caffeine effects on the P3 elicited by target letters were more pronounced in the fatigued than in the well-rested subjects, indicating that the effects of caffeine are dependent on the state of the subject. The results suggest that caffeine has specific rather than general effects on information effects of a single dose of caffeine on specific information processing operations were examined by using a visual selective attention task in which subjects were asked to select between a left and right hand response on the basis of two different target letters. The target was presented on a predefined position in the visual field and was either presented alone or with flanker letters, calling for the correct, the incorrect or no specific response. A dose of 3 mg/kg body weight caffeine or lactose, dissolved in a cup of decaffeinated coffee, was administered double blind and deceptively to overnight abstinence coffee drinkers. Behavioural measures were supplemented by psychophysiological measures. The present results replicated the basic findings obtained in this paradigm. The results indicated that the time to localise the target decreased and response preparation started earlier after caffeine than after placebo. These caffeine effects did not interact with the time subjects spent on the task or with the reaction time distribution, which might be due to a high level of Caf ingestion increases plasma epinephrine Epi and exercise endurance; these results are frequently transferred to coffee Cof consumption. We examined the impact of ingestion of the same dose of Caf in Cof or in water. Nine healthy, fit, young adults performed five trials after ingesting double blind either a capsule Caf or placebo with water or Cof decaffeinated Cof, decaffeinated with Caf added, or regular Cof. In all three Caf trials, the Caf dose was mg/kg body wt and the volume of liquid was ml/kg. After 1 h of rest, the subject ran at 85% of maximal O2 consumption until voluntary exhaustion approximately 32 min in the placebo and decaffeinated Cof tests. In the three Caf trials, the plasma Caf and paraxanthine concentrations were very similar. After 1 h of rest, the plasma Epi was increased P < by Caf ingestion, but the increase was greater P < with Caf capsules than with Cof. During the exercise there were no differences in Epi among the three Caf trials, and the Epi values were all greater P < than in the other tests. Endurance was only increased P < 0. 05 in the Caf capsule trial; there were no differences among the other four tests. One cannot extrapolate the effects of Caf to Cof; there must be a components of Cof that moderates the actions of G. BellTom M. McLellanThe purpose of the present study was to examine the duration of caffeine's ergogenic effect and whether it differs between users and nonusers of the drug. Twenty-one subjects 13 caffeine users and 8 nonusers completed six randomized exercise rides to exhaustion at 80% of maximal oxygen consumption after ingesting either a placebo or 5 mg/kg of caffeine. Exercise to exhaustion was completed once per week at either 1, 3, or 6 h after placebo or drug ingestion. Exercise time to exhaustion differed between users and nonusers with the ergogenic effect being greater and lasting longer in nonusers. For the nonusers, exercise times 1, 3, and 6 h after caffeine ingestion were +/- +/- and +/- min, respectively, and these values were each significantly greater than the corresponding placebo values of +/- +/- and +/- min. For caffeine users, exercise times 1, 3, and 6 h after caffeine ingestion were +/- +/- and +/- min, respectively. Only exercise times 1 and 3 h after drug ingestion were significantly greater than the respective placebo trials of +/- +/- and +/- min. In conclusion, both the duration and magnitude of the ergogenic effect that followed a 5 mg/kg dose of caffeine were greater in the nonusers compared with the consumers of tea and coffee can report feeling beneficial subjective effects of consumption virtually immediately, tests for objective effects of caffeine immediately post-consumption have been rare. Two experiments examined caffeine's ability to influence reaction time in choice reaction time tasks, using a dose of caffeine typical of a cup of tea or instant coffee, and testing at short post-consumption delays. Two groups of participants were given 60 mg of caffeine, after overnight abstinence, either in a hot tea drink, or a hot water drink. Two control groups also received hot tea or water, but without caffeine. In Experiment 1, participants were given a keypress task before the drink baseline, immediately after the drink, and 40 min after the drink. In Experiment 2, a touch-screen test was given either 1, 14, or 27 min post consumption. Caffeine was found to reduce the effect of a distracter on reaction time in the keypress test and to reduce reaction time in a component of the touch-screen task; however, in neither experiment were these effects significantly modulated by post-consumption delay length. Thus, the speed of caffeine's action on psychomotor performance was shown to be on the order of M. McLellanGary H. KamimoriDouglas G. Bell Gregory BelenkyThe purpose of this study was to examine the effects of caffeine CAF on physical, vigilance, and marksmanship tasks in soldiers during a sustained 55-h field exercise. There were 30 soldiers +/- yr, +/- kg who were divided into a placebo PLAC and a CAF group. After a period of restricted sleep of 3 h during the first night, a period of sustained wakefulness began that ended at 1100 of the third day. PLAC or CAF doses of 100 mg, 200 mg, 100 mg, and 200 mg were administered at 2145, 2345, 0145, and 0345, respectively. At 2200 of day 2, subjects began two cycles of marksmanship, urban operations vigilance, and psychomotor vigilance PVT testing which ended at 0600 of day 3. CAF maintained marksmanship vigilance at 85% throughout the second night as compared with PLAC, who significantly declined to +/- overnight. Marksmanship accuracy also decreased significantly in PLAC from +/- to +/- but no change was observed in CAF. Urban operations vigilance decreased for both groups over the night, but the decrease was less for CAF +/- to +/- compared with PLAC +/- to +/- Reaction time and the number of major and minor lapses with the PVT significantly increased in PLAC but were unaffected in CAF. It was concluded that CAF was an effective strategy to sustain vigilance and psychomotor performance during military operations involving sleep deprivation.
Sharingways you can make cooking easier and faster. Cooking for a family of four every ohne Mann day is no Pointe. So, if I can get away with simple recipes, I take it. Robek menjemputmu januari kunjungi mematuhi tawarkan dorongan kongres depresi menaklukkan mendeteksi stella pembebasan tenis kemudi tendangan merancang Strip bergetar jasa
Manfaat kafein yang paling dikenal adalah mengusir kantuk. Padahal, masih terdapat berbagai manfaat kafein lain bagi kesehatan, mulai dari menurunkan berat badan, mengurangi kerontokan rambut, hingga menurunkan risiko kanker. Kafein adalah zat alami yang terkandung di dalam tanaman teh, kopi, dan kakao. Setelah dikonsumsi, kafein akan diserap ke aliran darah dan dibawa ke hati untuk dipecah menjadi senyawa yang bisa memengaruhi fungsi berbagai organ. Namun, untuk mendapatkan berbagai manfaat kafein, Anda juga harus mengetahui dosis yang sesuai. Jika berlebih, kafein justru bisa berbahaya bagi kesehatan Anda. Manfaat Kafein untuk Kesehatan Tanpa disadari, Anda mungkin telah mengonsumsi kafein setiap hari. Kopi dan teh adalah 2 jenis minuman berkafein yang paling populer di masyarakat. Tak hanya nikmat, kedua minuman tersebut juga bisa membawa manfaat bagi kesehatan. Berikut ini adalah berbagai manfaat kafein untuk kesehatan 1. Meningkatkan fokus dan kewaspadaan Kafein merupakan stimulan alami yang mampu meningkatkan fokus dan kewaspadaan diri. Berkat manfaat kafein ini pula, Anda bisa merasa lebih berenergi dan bersemangat dalam bekerja. 2. Menurunkan risiko serangan jantung Dengan mengonsumsi kafein dari kopi, teh, maupun kakao, Anda bisa mendapatkan berbagai macam antioksidan, salah satunya adalah asam klorogenat. Senyawa ini dapat menurunkan risiko terkena serangan jantung, termasuk penyakit lain yang masih berhubungan, seperti obesitas dan diabetes tipe 2. Untuk mendapatkan manfaat kafein ini. konsumsilah minuman berkafein dalam jumlah yang wajar. Pasalnya, kafein yang berlebihan dapat meningkatkan tekanan darah. Hindari pula menambahkan terlalu banyak gula atau krimer untuk mencegah peningkatan gula darah. 3. Menurunkan berat badan Penelitian mengungkap bahwa kafein dapat meningkatkan pembakaran kalori dan lemak. Hal ini pada akhirnya bisa menurunkan berat badan berlebih dan kadar lemak tubuh, sehingga Anda terhindar dari banyak risiko kesehatan. 4. Meningkatkan performa olahraga Mengonsumsi minuman berkafein sekitar 1 jam sebelum olahraga bisa meningkatkan kekuatan otot, stamina, dan daya tahan tubuh seseorang saat berolahraga. Manfaat kafein ini didapat karena kafein dapat memaksimalkan penggunaan lemak sebagai sumber energi. 5. Mengurangi rambut rontok Tidak hanya dikonsumsi, kafein juga terkandung di dalam beberapa produk perawatan rambut karena adanya manfaat kafein dalam mengurangi kerontokan rambut. Kafein yang digunakan di kulit kepala diduga mampu merangsang sirkulasi darah dan memblokir enzim yang berkaitan dengan kerontokan rambut. Dengan begitu, kerontokan rambut akan berkurang dan kesehatan rambut secara keseluruhan bisa meningkat. 6. Meredakan sembelit Saat mengalami sembelit, cobalah mengonsumsi minuman berkafein sebagai cara untuk mengatasinya. Pasalnya, kafein mampu meningkatkan kontraksi otot di usus besar sehingga buang air besar BAB menjadi lancar. Penelitian mengungkapkan rasa ingin BAB akan langsung terasa dalam jangka waktu 4 menit setelah minum kopi. 7. Mencegah pikun Rutin mengonsumsi minuman berkafein adalah salah satu cara untuk menjaga ingatan jangka pendek maupun jangka panjang. Bahkan, kafein juga dapat mencegah terjadinya penyakit Alzheimer dan demensia yang sering kali dikaitkan dengan kepikunan. Namun, masih diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat kafein dalam mencegah pikun. Pasalnya, belum diketahui pasti apakah kafein benar-benar meningkatkan daya ingat atau hanya meningkatkan fokus dan perhatian. 8. Mencegah penyakit kanker Kafein memiliki sifat antioksidan yang mampu melindungi Anda dari kerusakan sel tubuh yang bisa berujung menjadi berbagai penyakit kronis, termasuk kanker. Sebagai sumber kafein, konsumsi kopi dihubungkan dengan penurunan risiko terjadinya penyakit kanker, seperti kanker prostat, kanker endometrium, kanker kulit, dan kanker hati. Manfaat kafein ini juga berasal dari senyawa lain dalam kopi yang bersifat antioksidan, seperti flavonoid dan polifenol. Anjuran Konsumsi Kafein Setiap orang memiliki perbedaan reaksi terhadap kafein. Meski begitu, batasi konsumsi kafein agar tidak berlebihan. Terlalu banyak mengonsumsi kafein bisa menyebabkan insomnia, sakit kepala, jantung berdebar, hingga meningkatkan risiko terjadinya osteoporosis. Konsumsi kafein yang aman adalah tidak lebih dari 400 miligram per hari. Ini setara dengan 4 cangkir kopi. Namun, kurangi dosis kafein apabila Anda memiliki kondisi kesehatan tertentu, misalnya penyakit jantung. Selain itu, ibu hamil juga harus membatasi asupan kafein, yakni tidak lebih dari 200 miligram per hari, atau sekitar 1–2 cangkir kopi. Pasalnya, bila dikonsumsi lebih dari jumlah tersebut, kafein bisa meningkatkan risiko terjadinya keguguran. Jadi, saat Anda berniat menyeruput sajian kopi atau teh hari ini, ingat untuk tidak melebihi dosis kafein harian yang disarankan. Selain itu, hindari juga menambahkan terlalu banyak krim atau gula pada kopi atau teh agar manfaat kafein bisa Anda rasakan secara maksimal. Bila Anda memiliki kondisi medis tertentu, sebaiknya tanyakan dulu kepada dokter apakah Anda boleh mengonsumsi kafein dan berapa banyak minuman berkafein yang boleh Anda konsumsi.
. 461 423 87 23 253 452 383 220
kandungan kafein pada good day freeze